Pengolahan citra merupakan proses pengolahan dan
analisis citra yang banyak melibatkan persepsi visual. Proses ini mempunyai
ciri data masukan dan informasi keluaran yang berbentuk citra. Istilah
pengolahan citra digital secara umum didefinisikan sebagai pemrosesan citra dua
dimensi dengan komputer. Dalam definisi yang lebih luas, pengolahan citra
digital juga mencakup semua data dua dimensi. Citra digital adalah barisan
bilangan nyata maupun kompleks yang diwakili oleh bit-bit tertentu.
Umumnya citra digital
berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar (pada beberapa sistem pencitraan
ada pula yang berbentuk segienam) yang memiliki lebar dan tinggi tertentu.
Ukuran ini biasanya dinyatakan dalam banyaknya titik atau piksel sehingga
ukuran citra selalu bernilai bulat. Setiap titik memiliki koordinat sesuai
posisinya dalam citra. Koordinat ini biasanya dinyatakan dalam bilangan bulat
positif, yang dapat dimulai dari 0 atau 1 tergantung pada sistem yang
digunakan. Setiap titik juga memiliki nilai berupa angka digital yang
merepresentasikan informasi yang diwakili oleh titik tersebut.
Format data citra digital berhubungan erat dengan warna.
Pada kebanyakan kasus, terutama untuk keperluan penampilan secara visual, nilai
data digital merepresentasikan warna dari citra yang diolah. Format citra
digital yang banyak dipakai adalah Citra Biner (monokrom), Citra Skala Keabuan
( gray scale ), Citra Warna ( true color ), dan Citra Warna Berindeks.
Salah satu operasi pada pengolahan citra yaitu segmentasi citra.
Segmentasi Citra
Segmentasi citra merupakan bagian dari proses pengolahan citra. Proses
segmentasi citra ini lebih banyak merupakan suatu proses pra pengolahan
pada sistem pengenalan objek dalam citra. Segmentasi citra (image
segmentation) mempunyai arti membagi suatu citra menjadi wilayah-wilayah
yang homogen berdasarkan kriteria keserupaan yang tertentu antara
tingkat keabuan suatu piksel dengan tingkat keabuan piksel – piksel
tetangganya, kemudian hasil dari proses segmentasi ini akan digunakan
untuk proses tingkat tinggi lebih lanjut yang dapat dilakukan terhadap
suatu citra, misalnya proses klasifikasi citra dan proses identifikasi
objek. Adapun dalam proses segmentasi citra itu sendiri terdapat
beberapa algoritma, diantaranya : algoritma Deteksi Titik, Deteksi
Garis, dan Deteksi Sisi ( berdasarkan Operator Robert dan Operator Sobel
).
Gonzalez dan Wintz (1987) menyatakan bahwa segmentasi adalah proses pembagian sebuah citra kedalam sejumlah bagian atau obyek. Segmentasi merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam analisis citra secara otomatis, sebab pada prosedur ini obyek yang diinginkan akan disadap untuk proses selanjutnya, misalnya: pada pengenalan pola. Algoritma segmentasi didasarkan pada 2 buah karakteristik nilai derajad kecerahan citra,
yaitu: discontinuity dan similarity. Pada item pertama, citra dipisahkan/dibagi atas dasar perubahan yang mencolok dari derajad kecerahannya. Aplikasi yang umum adalah untuk deteksi titik, garis, area, dan sisi citra. Pada kategori kedua, didasarkan atas thresholding, region growing, dan region spiltting and merging. Prinsip segmentasi citra bisa diterapkan untuk citra yang statis maupun dinamis.
Gonzalez dan Wintz (1987) menyatakan bahwa segmentasi adalah proses pembagian sebuah citra kedalam sejumlah bagian atau obyek. Segmentasi merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam analisis citra secara otomatis, sebab pada prosedur ini obyek yang diinginkan akan disadap untuk proses selanjutnya, misalnya: pada pengenalan pola. Algoritma segmentasi didasarkan pada 2 buah karakteristik nilai derajad kecerahan citra,
yaitu: discontinuity dan similarity. Pada item pertama, citra dipisahkan/dibagi atas dasar perubahan yang mencolok dari derajad kecerahannya. Aplikasi yang umum adalah untuk deteksi titik, garis, area, dan sisi citra. Pada kategori kedua, didasarkan atas thresholding, region growing, dan region spiltting and merging. Prinsip segmentasi citra bisa diterapkan untuk citra yang statis maupun dinamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar